JERUSALEM — Seorang mantan petugas keamanan yang pernah bekerja di pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza, yang didukung oleh Amerika Serikat, mengungkapkan kepada BBC bahwa dirinya menyaksikan langsung rekan-rekannya melepaskan tembakan ke arah warga sipil Palestina yang tengah menunggu bantuan.
Sejak pusat-pusat bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) itu beroperasi pada Mei lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat lebih dari 400 warga Palestina tewas di sekitar lokasi distribusi. Pekan ini, ratusan lembaga kemanusiaan juga menuding tentara Israel secara rutin melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang sedang mengantre bantuan — tuduhan yang dibantah keras oleh pemerintah Israel.
Namun, dalam kesaksiannya kepada BBC, mantan petugas keamanan itu menyebut bahwa bukan hanya tentara Israel, tetapi staf keamanan GHF juga disebut terlibat dalam aksi brutal tersebut. Ia bahkan menyerahkan sebuah video yang menunjukkan rekannya menembaki kerumunan warga Palestina dari menara pengawas.
“Pertama tembakan senapan mesin dari atas menara, lalu lebih dari 20 tembakan dilepaskan dari penjaga di bawah. Saat itu, satu orang terjatuh dan tidak bergerak. Mereka malah menertawakannya,” ujarnya.
Identitas pelapor sengaja dirahasiakan demi alasan keamanan. Ia mengaku telah melaporkan insiden tersebut kepada pimpinan namun diabaikan.
“Saat saya menyampaikan kejadian itu ke pimpinan, mereka cuma bilang: ‘Mana kamu tahu dia tertembak? Mungkin dia jatuh sendiri, atau pingsan.’”
Dalam kesaksiannya, sang pelapor juga mengungkap bahwa sejumlah warga sipil, termasuk seorang perempuan, terluka akibat tembakan dan granat kejut, lalu diangkut dengan kereta keledai. Ia menyebut, di kalangan petugas keamanan, warga Gaza disebut sebagai ‘zombie horde’. Para pimpinan disebut tak pernah memberikan aturan keterlibatan yang jelas, hanya pesan tegas:
“Kamu punya hak membela diri. Kalau merasa tidak nyaman, tembak. Kalau merasa terancam, tembak untuk membunuh, baru tanya belakangan.”
GHF membantah keras tuduhan ini. Mereka menyebut tidak ada warga sipil yang pernah menjadi korban tembakan di pusat distribusi mereka. Namun, sebuah laporan internal yang diperoleh BBC justru menunjukkan banyak warga Gaza yang mengalami luka-luka selama proses distribusi bantuan dalam periode 12 hari.
Sistem distribusi baru ini, yang diklaim Israel untuk mencegah bantuan jatuh ke tangan Hamas, juga banyak menuai kritik dari lembaga kemanusiaan internasional. Sistem tersebut memaksa ribuan warga Gaza berjalan kaki melewati zona konflik aktif ke sejumlah lokasi distribusi yang penuh sesak.
Kini, selain dikecam dari luar, sistem distribusi tersebut juga mulai mendapat tudingan kelalaian dan pelanggaran hak asasi manusia dari pihak internalnya sendiri.
Artikel Terkait
Eks Satpam Bongkar Dugaan Penembakan Warga Sipil di Pos Bantuan Gaza yang Didukung AS