Ketangguhan penerbangan militer di laut. tantangan mendaratkan jet tempur di kapal induk yang terus bergerak di tengah badai dan gelombang tinggi.
Mendarat di kapal induk bukan sekadar menurunkan kecepatan dan menekan tuas rem. Para pilot jet tempur harus menyesuaikan kecepatan, sudut serang, dan ketinggian secara presisi agar dapat sejajar dengan dek kapal yang bergoyang akibat ombak. Di kapal, tim penerbangan dan “Air Boss” memandu pilot menggunakan sinyal visual serta sistem elektronik canggih. Begitu pesawat menyentuh dek, kait ekor jet akan menangkap kabel penahan untuk menghentikan laju pesawat dalam hitungan detik — sebuah manuver berisiko tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh pilot terlatih.
MV-22 Osprey, pesawat tiltrotor yang memadukan kemampuan helikopter dan pesawat jet. Dengan rotor raksasa yang dapat berputar secara vertikal dan horizontal, Osprey mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal, lalu terbang secepat pesawat biasa. Fleksibilitas inilah yang membuatnya penting bagi operasi militer laut seperti angkutan pasukan dan logistik langsung dari kapal induk. Namun, desain unik ini juga menghadirkan tantangan: rotor besar menciptakan turbulensi ekstrem yang menyulitkan stabilitas saat pendaratan.
Tak hanya kapal induk, video ini menjelaskan bahwa kapal lain seperti LPD (Landing Platform Dock)juga mampu menampung operasi udara. Berbeda dengan kapal induk, LPD lebih fokus pada operasi amfibi, mengangkut pasukan dan kendaraan militer seperti LCAC hovercraft dan AAV langsung ke pantai melalui ruang khusus bernama well deck yang dapat dibanjiri air laut.
Sorotan lain dalam video ini adalah F-35B Lightning II, jet tempur generasi kelima dengan teknologi short takeoff and vertical landing (STOVL). Jet ini dilengkapi lift fan dan swivel nozzle yang memungkinkan pendaratan vertikal di dek kapal kecil. Helm pintar F-35B bahkan mampu menampilkan tampilan 360 derajat kepada pilot, membuatnya seolah “melihat tembus pesawat”.
Menutup videonya, Fluctuous menegaskan bahwa di balik setiap lepas landas dan pendaratan di laut terdapat kombinasi luar biasa dari teknologi mutakhir, pelatihan ketat, dan kerja sama tim kapal-pesawat. Dari jet F-35B yang mendarat vertikal hingga AAV yang keluar dari kapal untuk menaklukkan pantai, semuanya menunjukkan satu hal — keajaiban rekayasa dan disiplin manusia di lautan lepas. ( Fluctuous )
Artikel Terkait
Presiden Prabowo dan PM Albanese Umumkan Perjanjian Keamanan Baru Australia–Indonesia di Kapal HMAS Canberra
RM Yakinkan Fans: BTS Siap Comeback 2026, Album Baru Disebut “Luar Biasa”
Promotor Johnson: Konser 30 Tahun Opick Adalah Berkah, Karya Spiritual yang Menyentuh Semua Kalangan
Prambanan Jazz Festival Masuk Nominasi Indonesian Music Awards 2025, Anas Syahrul Alimi: “Langkah Penting bagi Ekosistem Musik Tanah Air”