Presiden Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 10 Tokoh Bangsa Telah dibuka Grace Cafe dan Resto di Jalan Kemang X Jakarta Selatan Toko Obat Mutiara Sakti, ITC Permata Hijau Jakarta Selatan

10 Tahun Setelah “Sepang Clash”: Luka Lama Rossi–Marquez yang Tak Pernah Sembuh

- Kamis, 23/10/2025
 10 Tahun Setelah “Sepang Clash”: Luka Lama Rossi–Marquez yang Tak Pernah Sembuh
sejarah MotoGP modern. Sepuluh tahun telah berlalu

SEPANG – “Oh, Marquez is gone! Rossi!” — teriakan komentator itu menggema di seluruh dunia. Detik ketika Marc Marquez tersungkur di tikungan Sepang 2015 menjadi salah satu momen paling ikonik — dan paling kontroversial — dalam sejarah MotoGP modern. Sepuluh tahun telah berlalu, namun “Sepang Clash” antara Valentino Rossi dan Marc Marquez masih terus menjadi bahan perdebatan, teori, dan bahkan dokumenter.

Penulis dan komentator MotoGP yang kala itu memandu langsung di sirkuit Malaysia mengenang, “Saya masih ingat atmosfernya. Tegang, panas, dan seolah semua orang tahu sesuatu besar akan terjadi.”

Saat itu, Rossi tengah memimpin klasemen dunia, unggul 11 poin atas rekan setimnya, Jorge Lorenzo. Sepang menjadi peluang terakhir sang legenda Italia untuk mengunci gelar kesepuluhnya. Namun, yang terjadi justru perang terbuka antara dua ego terbesar di paddock.

Sebelumnya, Rossi menuduh Marquez “bermain” dan membantu Lorenzo sejak GP Australia. Tuduhan yang membuat tensi memuncak hingga ke konferensi pers Kamis sore — yang kini dianggap sebagai awal “perang dunia” kecil MotoGP.

“Dia bermain dengan kami,” kata Rossi waktu itu, menuding Marquez memperlambat ritme lomba untuk mengacaukan fokusnya.

Marquez membantah keras: “Kalau saya ingin bantu Lorenzo, saya tidak akan menyalipnya di lap terakhir.”

Namun ketika balapan dimulai di Sepang, drama berubah jadi tragedi. Setelah duel intens yang nyaris setiap tikungan memunculkan kontak, Rossi tampak menatap Marquez di tikungan 14 — sesaat sebelum pebalap Spanyol itu terjatuh. Dunia pun terdiam.

“Marquez has crashed!” teriak komentator. Kamera menangkap Rossi melirik ke arah pebalap Honda yang tergelincir ke gravel — sebuah gambar yang kini menjadi simbol kontroversi olahraga motor modern.

Sementara publik terpaku pada pertikaian dua ikon itu, Dani Pedrosa tampil sempurna dan memenangi balapan tanpa gangguan — sebuah kemenangan yang ironisnya terlupakan di tengah badai. “Saya tak tahu apa yang terjadi sampai saya tiba di parc fermé,” kenang Pedrosa.

Race Direction kala itu menjatuhkan hukuman tiga poin penalti kepada Rossi, membuatnya harus start dari posisi paling belakang di seri pamungkas di Valencia.

“Itu akhir segalanya,” kata Rossi usai keputusan diumumkan. “Dari posisi terakhir, gelar dunia sudah hilang.”

Lorenzo akhirnya merebut gelar juara dunia 2015, tapi bayangan Sepang tetap menghantui. Dari momen itulah sistem penalti MotoGP berubah total, dengan dibentuknya FIM Stewards Panel yang independen. Sepang menjadi titik balik bagi regulasi dan budaya olahraga ini.

Kini, satu dekade setelah “Sepang Clash”, luka itu belum sepenuhnya sembuh. Rossi sudah pensiun, Marquez pindah ke Ducati, dan generasi baru seperti Pecco Bagnaia — yang kala itu masih remaja dan menyaksikan langsung duel tersebut dari pinggir lintasan — kini menulis sejarahnya sendiri.

Namun, setiap kali video itu diputar, setiap kali sorak “Marquez has crashed!” terdengar kembali, dunia MotoGP seolah berhenti sejenak — mengingat hari ketika dua legenda saling berhadapan, dan sejarah berubah selamanya.

“Sepang 2015 bukan sekadar balapan. Itu adalah momen di mana jiwa MotoGP diuji — dan tidak pernah sama lagi sejak hari itu.”

Tags

Artikel Terkait

Terkini