Belanda menghadirkan interpretasi liar dari Lotus Seven klasik. Jika di Inggris mobil legendaris itu bertahan dengan filosofi puristis lewat Caterham, maka Donkervoort di Belanda memilih jalur berbeda. Hasilnya? Donkervoort F22 — roadster ekstrem yang menggabungkan teknologi motorsport papan atas dengan warisan Colin Chapman.
Dari Lotus Seven ke Donkervoort F22
Didirikan pada 1978 oleh Joop Donkervoort, brand ini berawal dari impor Lotus Seven ke Belandasebelum mengembangkan model sendiri. Tradisi penamaan mobil pun sarat makna keluarga: S8 “Amber” (putri), D8 “Denis” (putra), hingga kini F22 “Felippa” (cucu). Jadi, F22 bukan kode jet tempur, melainkan representasi generasi baru Donkervoort di bawah kepemimpinan Denis Donkervoort.
Mesin Audi Lima Silinder, 493 HP
Sejak 1999, Donkervoort menggandeng Audi sebagai pemasok mesin. F22 mengandalkan 2.5 liter turbocharged 5-silinder versi iron block, dituning oleh ABT dengan piston, conrods, exhaust, dan ECU baru.
• Tenaga: 493 hp
• Torsi: 640 Nm
• Bobot: hanya 750 kg
• 0–100 km/jam: 2,5 detik
Performa ini menempatkan F22 sejajar dengan hypercar, meski tetap mengusung filosofi lightweight ala Lotus.
Teknologi Karbon “Ex-Core”
Keunggulan F22 bukan hanya tenaga, tapi juga teknologi sasis. Donkervoort mengembangkan Ex-Core, metode produksi carbon fiber inovatif yang kini dipakai Toyota Gazoo Racing (WRC & Le Mans) serta tim Formula 1.
Hasilnya, torsional stiffness melonjak ke 58.000 Nm/°, setara level Koenigsegg. Platform superrigid ini dipadukan dengan suspensi TracTive adjustable, ABS balap, dan power steering elektrik dari EZ Steering.
Desain Lebih Modern, Lebih Nyaman
Berbeda dengan Caterham yang sempit dan puristis, F22 dibuat untuk orang Belanda yang terkenal tinggi. Kabinnya lebih lapang, atap hardtop bisa dilepas, ada AC, heated seats, hingga digital screen. Tingginya 6’10” pun masih bisa duduk nyaman.
Dari luar, F22 tampil garang layaknya “baby Batmobile”. Desain ini menegaskan bahwa Donkervoort ingin mobilnya tampil bukan sekadar track toy, melainkan street-legal hypercar.
Handling: Ringan, Tajam, tapi Tetap “Seven”
Dengan bobot super ringan, F22 mampu mencatat cornering hingga 2,3G. Menariknya, meski memakai ban semi-slick buatan khusus Nankang, mobil tetap memberi feedback alami di jalan basah.
Donkervoort berhasil menjaga DNA Lotus Seven: ringan, responsif, dan tetap komunikatif, meski dengan tenaga dan grip jauh di atas aslinya.
Harga: Mahal tapi Masuk Akal?
Donkervoort F22 dibanderol sekitar £300.000 (Rp 6 miliar lebih). Angka fantastis untuk keturunan Lotus Seven, tapi relatif “terjangkau” bila dibandingkan hypercar eksklusif dengan performa serupa.
Kesimpulan
Donkervoort F22 adalah Lotus Seven versi hypercar dari realitas alternatif: tetap ringan, tetap menyenangkan, namun kini dengan kekuatan monster, teknologi Formula 1, dan kenyamanan modern.
Jika Caterham mempertahankan kesederhanaan, Donkervoort memilih jalan berbeda—dan hasilnya, F22 bukan sekadar homage, melainkan evolusi radikal dari legenda ringan asal Inggris.( Hagerty )
Artikel Terkait
Presiden Prabowo dan PM Albanese Umumkan Perjanjian Keamanan Baru Australia–Indonesia di Kapal HMAS Canberra
RM Yakinkan Fans: BTS Siap Comeback 2026, Album Baru Disebut “Luar Biasa”
Promotor Johnson: Konser 30 Tahun Opick Adalah Berkah, Karya Spiritual yang Menyentuh Semua Kalangan
Prambanan Jazz Festival Masuk Nominasi Indonesian Music Awards 2025, Anas Syahrul Alimi: “Langkah Penting bagi Ekosistem Musik Tanah Air”