GUIZHOU, TIONGKOK — Nama Guizhou mungkin lebih dikenal lewat kemegahan kota Guiyang dan kawasan teknologi modern Guanshanhu, namun siapa sangka, pedesaan provinsi ini justru menyimpan pesona yang tak kalah memukau. Berbeda dari gambaran yang sering dipotret media barat, kawasan rural Guizhou justru tampil bersih, terawat, dan penuh kehidupan — jauh dari kesan kumuh yang kerap disematkan.
Melalui channel Living in China Countryside, seorang traveler asing mengajak penonton menyaksikan langsung keindahan Guizhou dari berbagai sisi — mulai dari desa adat, sungai legendaris, hingga kota tua bersejarah yang sudah berusia ribuan tahun.
Xijiang Qianhu Miao Village: Desa Etnis Terbesar di Dunia
Perjalanan dimulai dari Xijiang Qianhu Miao Village, desa etnis Miao terbesar di dunia yang terletak di pegunungan Leishan. Lebih dari 1.400 rumah kayu tradisional berdiri kokoh, dikelilingi lanskap sawah berundak dan perbukitan hijau.
Menariknya, meski desa ini sarat tradisi, fasilitas modern seperti McDonald’s, KFC, hingga jaringan 5G super cepat tersedia tanpa merusak estetika desa. Jalan-jalan bersih tanpa coretan, rumah-rumah kayu terawat rapi, dan warga yang tetap menjaga adat istiadat menjadi daya tarik utama.
“Jalanan di sini lebih bersih daripada di London,” ujar sang traveler, membandingkan pengalamannya.
Menyusuri Keindahan Sungai Wuyang
Tak hanya desa adat, traveler ini juga menyusuri Sungai Wuyang, kawasan wisata seluas 400 km²yang dijuluki “Natural Bonsai Gallery”. Tebing-tebing karst megah berpadu dengan air jernih kehijauan, menciptakan pemandangan bak lukisan hidup.
Berkat upaya konservasi lingkungan, sungai ini kini menjadi habitat kembali bagi Peach Blossom Jellyfish, ubur-ubur langka berjuluk “Panda Air” yang konon lebih tua dari dinosaurus.
Zhenyuan Ancient Town: Kota Tua Penuh Sejarah
Perjalanan dilanjutkan ke Zhenyuan Ancient Town, kota tua yang telah berdiri sejak 202 SM. Dengan lorong batu kuno, rumah tradisional, dan Qinglong Cave — bangunan setengah kuil, setengah benteng di tebing batu — kota ini menawarkan perpaduan arsitektur Central Plains dan rumah panggung khas Miao-Dong.
Meski kuno, fasilitas modern seperti hotel mewah dengan bathtub outdoor dan toilet elektrik canggih tetap tersedia, membuktikan bagaimana masa lalu dan masa kini bisa berdampingan tanpa saling menyingkirkan.
Zhaoxing dan Huanggang Dong Village: Tradisi Ribuan Tahun yang Tetap Hidu
Guizhou juga memiliki Zhaoxing Dong Village, desa etnis Dong terbesar di Tiongkok yang berdiri sejak 986 M. Dengan lima menara genderang ikonik dan lebih dari 400 rumah kayu, desa ini tetap mempertahankan tradisi musik, arsitektur, dan budaya turun-temurun.
Perjalanan ditutup di Huanggang Dong Village, desa terpencil seluas 30 km² yang dipenuhi hutan lebat dan rumah kayu tradisional. Bahkan di sini, tradisi adu kerbau antar desa masih lestari dan menjadi bagian kebanggaan masyarakat.
Tradisi dan Modernitas Berjalan Bersama
Lewat tayangan ini, gambaran negatif soal pedesaan Tiongkok seketika runtuh. Guizhou bukan sekadar kawasan rural, tapi simbol keberhasilan pelestarian budaya yang hidup berdampingan dengan kemajuan teknologi.
“Di atas kapal di tengah sungai pegunungan pun, saya masih dapat sinyal 5G penuh. Bahkan di rumah orang tua saya di Inggris, jangankan 5G, 1G pun sulit,” ujar traveler itu.
Guizhou tak sekadar memamerkan sejarah, tetapi juga membuktikan bahwa tradisi ribuan tahun bisa tetap lestari di era modern — bukan sekadar dipajang di museum, tapi benar-benar dijalankan oleh warganya.
Artikel Terkait
Menjelajah Bali yang Sesungguhnya: Kisah Perjalanan Camper Van dari Prancis ke Pulau Dewata
Bom Perang Dunia II Ditemukan di Nagoya, Jepang: 1.800 Warga Dievakuasi
Kecelakaan Pesawat di Southend Airport, Inggris: Api Besar dan Asap Hitam Membumbung
Liverpool Menang 3-1 di Laga Penuh Emosi, Kenang Diego dan Andre Silva