GAZA — Lebih dari 130 organisasi kemanusiaan internasional, di antaranya Oxfam, Save the Children, dan Amnesty International, secara terbuka menyerukan penghentian sistem distribusi bantuan pangan kontroversial yang didukung Israel dan Amerika Serikat di Gaza. Mereka menuding organisasi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) telah melanggar norma kemanusiaan internasional sejak mengambil alih distribusi bantuan dari PBB pada Mei 2025 lalu.
Seperti dilaporkan BBC News, sejak GHF mulai beroperasi, lebih dari 500 warga sipil tewas di sekitar titik distribusi akibat kekacauan yang terjadi di tengah kerumunan besar warga Gaza. Sejumlah saksi, termasuk mantan personel militer Israel, mengaku kepada media lokal bahwa mereka diperintahkan menembak ke arah kerumunan di area distribusi meskipun tak ada ancaman.
Salah satu kritik utama yang dilontarkan adalah terkait pemusatan lokasi distribusi di empat titik besar, tiga di antaranya di Gaza Selatan. Kebijakan ini memaksa puluhan ribu warga datang berdesakan demi mendapatkan bantuan, memicu situasi kacau yang kerap berujung korban jiwa. Sebelumnya, sistem PBB menggunakan 400 titik distribusi kecil yang dinilai jauh lebih aman, merata, dan efektif.
Dalam surat terbuka yang ditandatangani 130 lembaga tersebut, mereka mendesak agar mekanisme distribusi bantuan dikembalikan ke skema lama di bawah PBB.
“Sistem lama memang tidak sempurna, tapi jauh lebih manusiawi dan aman dibandingkan kondisi sekarang,” tulis pernyataan bersama itu
Serangan Udara Israel Kembali Tewaskan Puluhan Warga Gaza
Situasi di Gaza kian memburuk. Senin kemarin, Israel kembali melancarkan puluhan serangan udarake berbagai wilayah, termasuk ke sebuah kafe internet di kawasan pantai Gaza City. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, setidaknya 60 warga sipil tewas dalam serangan tersebut. Hingga kini, pihak militer Israel belum memberikan pernyataan resmi
Netanyahu Dijadwalkan Bertemu Donald Trump Pekan Depan
Di tengah eskalasi konflik, Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden AS Donald Trump akan menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuan di Washington pekan depan. Pertemuan ini dinilai krusial di tengah tekanan global untuk segera mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 21 bulan dengan korban jiwa di Gaza mencapai lebih dari 55.000 orang.
“Ada tekanan besar dari berbagai pihak untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Meski hingga kini belum ada dialog langsung antara Israel dan Hamas, diharapkan pertemuan ini bisa membuka jalan,” lapor Wura Davies, koresponden BBC di Yerusalem
Perang di Gaza masih terus menelan korban, baik dari kalangan sipil maupun militer. Bulan lalu tercatat sebagai periode dengan jumlah tentara Israel terbanyak yang tewas di Gaza sejak konflik dimulai. Desakan dari komunitas internasional untuk segera menghentikan perang pun terus bergema.
Dunia kini menanti apakah pertemuan Netanyahu dan Trump bisa menjadi titik awal menuju solusi damai di Gaza.
Artikel Terkait
Menjelajah Bali yang Sesungguhnya: Kisah Perjalanan Camper Van dari Prancis ke Pulau Dewata
Bom Perang Dunia II Ditemukan di Nagoya, Jepang: 1.800 Warga Dievakuasi
Kecelakaan Pesawat di Southend Airport, Inggris: Api Besar dan Asap Hitam Membumbung
Liverpool Menang 3-1 di Laga Penuh Emosi, Kenang Diego dan Andre Silva